KULWHAPP : PENDIDIKAN KARAKTER POSITIF
Kulwapp IIP Malang Raya
Hari/Tgl: Kamis/26-05-2016
Thema: Penanaman Pendidikan Karakter Positif
🏻Pemateri: kak Acun
Petugas:
-Host : Maya O. Rismala
-Notulen: Andita A. Aryoko
MATERI
Penanaman Pendidikan Karakter Positif
Menumbuhkan rasa aman dan nyaman adalah dasar yang utama dalam membentuk karakter anak, yang kemudian dapat menumbuhkan rasa ”berarti”, ”berharga” atau ”bernilai” pada anak.
Karakter bangsa merupakan aspek penting yang menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter bangsa sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusianya (SDM). Oleh karena itu, karakter yang berkualitas perlu dibina sejak usia dini agar anak terbiasa berperilaku positif. Kegagalan penanaman kepribadian yang baik di usia dini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak.
KARAKTER adalah watak, sifat, atau hal-hal yang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang sehingga membedakan seseorang daripada yang lain. Sering orang menyebutnya dengan ”tabiat” atau ”perangai”. Apa pun sebutannya, karakter adalah sifat batin manusia yang memengaruhi segenap pikiran, perasaan, dan perbuatannya.
Karakter ibarat pisau bermata dua. Karakter memiliki kemungkinan akan membuahkan dua sifat yang berbeda atau saling bertolak belakang. Contoh, anak yang memiliki keyakinan tinggi. Hal ini akan menumbuhkan sifat berani sebagai buah keyakinan yang dimilikinya atau justru sebaliknya memunculkan sifat sembrono, kurang perhitungan karena terlalu yakin akan kemampuannya.
Begitu besar pengaruh karakter dalam kehidupan seseorang. Maka itulah pembentukan karakter harus dilakukan sejak usia dini.
Taburlah satu pikiran positif, maka akan menuai tindakan.
Taburlah satu tindakan, maka akan menuai kebiasaan.
Taburlah satu kebiasaan, maka akan menuai karakter.
Taburlah satu karakter, maka akan menuai nasib.
(anonim)
Membangun karakter ibarat mengukir. Sifat ukiran adalah melekat kuat di atas benda yang diukir, tidak mudah usang tertelan waktu atau aus karena gesekan. Menghilangkan ukiran sama saja dengan menghilangkan benda yang diukir itu, karena ukiran melekat dan menyatu dengan bendanya. Demikian juga dengan karakter yang merupakan sebuah pola, baik itu pikiran, perasaan, sikap, maupun tindakan, yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan.
Proses membangun karakter pada anak juga ibarat mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga ”berbentuk” unik, menarik, dan berbeda antara satu dengan yang lain. Setiap orang memiliki karakter berbeda-beda. Ada orang yang berperilaku sesuai dengan nilai-nilai, ada juga yang berperilaku negatif atau tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam budaya setempat (tidak/belum berkarakter atau “berkarakter” tercela).
Dengan demikian, dalam pendidikan karakter, setiap anak memiliki potensi untuk berperilaku positif atau negatif. Jika ibu-ayah membentuk karakter positif sejak anak usia dini, maka yang berkembang adalah perilaku positif tersebut. Jika tidak, tentu yang akan terjadi sebaliknya. Nah, bagaimana cara membangun karakter anak, berikut ini diuraikan beberapa hal yang perlu diketahui ibu-ayah.
A. PEMBENTUKAN KARAKTER DIPENGARUHI FAKTOR BAWAAN DAN LINGKUNGAN
Ada dua faktor yang memengaruhi pembantukan karakter, yaitu bawaan dari dalam diri anak dan pandangan anak terhadap dunia yang dimilikinya, seperti pengetahuan, pengalaman, prinsip-prinsip moral yang diterima, bimbingan, pengarahan dan interaksi (hubungan) orangtua-anak. Lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang positif pula pada anak. Salah satu contoh kisah nyata, seorang anak laki-laki dibesarkan dalam lingkungan binatang. Si anak berjalan dengan merangkak, makan, bertingkah laku, dan bersuara seperti binatang karena ia tidak bisa bicara. Orang yang menemukan si anak berusaha mendidiknya kembali seperti halnya anak-anak pada umumnya. Hasilnya, si anak tetap memiliki pribadi seperti binatang karena sebagian besar hidupnya dilalui bersama binatang sejak usia dini. Tampak di sini betapa besar pengaruh lingkungan terhadap pembentukan karakter. Dari contoh tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa karakter seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh bawaan, tetapi juga lingkungan (terutama, dalam keluarga) memiliki pengaruh yang sangat besar.
Karakter berhubungan dengan perilaku positif yang berkaitan dengan moral yang berlaku, seperti kejujuran, percaya diri, bertanggung jawab, penolong, dapat dipercaya, menghargai, menghormati, menyayangi, dan sebagainya. Pada dasarnya, setiap anak memiliki semua perilaku positif tersebut, sebagaimana telah ditanamkan oleh Sang Pencipta di dalam kodratnya. Masalahnya, kemampuan dasar yang terdapat di dalam diri anak itu tidak bisa berkembang dengan sendirinya, melainkan harus dikembangkan dengan sungguh-sungguh melalui pengasuhan dan bimbingan yang positif dari ibu-ayah. Jika setiap anak dan keluarga memiliki karakter positif, maka akan tercipta masyarakat dengan moral yang baik, sehingga akan tercipta pula bangsa yang dapat hidup rukun sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku.
B. ORANGTUA YANG BERKARAKTER MENUMBUHKAN ANAK YANG BERKARAKTER
Seseorang tidak dapat membantu orang lain jika ia tidak dapat membantu dirinya sendiri. Begitu juga dengan orangtua yang ingin menumbuhkan karakter positif dalam diri anak. Jika ibu-ayah ingin anaknya memiliki karakter positif, maka ibu-ayah harus memiliki karakter positif pula. Ini berarti, ibu-ayah dituntut menerapkan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-harinya, serta memperlakukan anak sesuai dengan nilai-nilai moral tersebut. Jadi, tidak hanya sekadar memberi tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan anak. Lagi pula, pada dasarnya anak memang lebih mudah belajar sesuatu melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain atau lingkungan sekitarya, bukan sekadar mendengarkan kata-kata saja.
Salah satu contohnya, jika ibu-ayah ingin mengembangkan sifat peduli pada anak, maka ibu-ayah juga menerapkan perilaku peduli, baik kepada anak maupun lingkungan sekitarnya. Sikap peduli tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan perhatian kepada anak, mendengarkan keluh-kesah anak, membantu orang lain yang sedang mengalami masalah, dan sebagainya. Ketika ibu-ayah peduli dengan anak, anak akan merasa nyaman. Anak pun belajar, bersikap peduli adalah perilaku yang tepat karena menimbulkan rasa nyaman dan bermanfaat bagi setiap orang, sehingga anak kemudian akan menerapkan sikap peduli dalam kehidupan sehari-harinya. Itulah mengapa, agar anak memiliki karakter positif, ibu-ayah dituntut memiliki perilaku positif pula sehinga dapat menjadi teladan bagi anak.
C. PEMBENTUKAN KARAKTER DIMULAI SEJAK DINI
Masa usia dini adalah masa keemasan, artinya masa tersebut merupakan masa terbaik dalam proses belajar yang hanya sekali dan tidak pernah akan terulang kembali. Pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa ini berlangsung sangat cepat dan akan menjadi penentu bagi sifat-sifat atau karakter anak di masa dewasa. Peran ibu-ayah sebagai pendidik pertama dan utama sangat penting untuk memaksimalkan dan memanfaatkan masa ini, tidak dapat digantikan oleh siapa pun. Bila masa ini gagal dimanfaatkan secara baik, sama artinya menyia-nyiakan kesempatan masa keemasan tersebut. Pembentukan karakter juga akan sulit dilakukan, jika ibu-ayah baru melaksanakannya ketika anak sudah memasuki usia remaja. Ibarat sebatang pohon bambu yang semakin tua semakin sulit dibengkokkan, begitu pula dengan membentuk karakter, akan lebih mudah membentuk karakter seseorang ketika masih di usia dini dan akan semakin sulit membentuk karakter seseorang jika sudah semakin dewasa.
Peran ibu-ayah menjadi sangat penting dalam pembentukan karakter anak untuk siap menghadapi dunia di masa yang akan datang. Pada awalnya anak akan meniru perilaku ibu-ayah, karena ibu-ayah adalah orang pertama yang dekat dan dikagumi oleh anak. Setelah itu, lingkungan rumah juga berpengaruh dalam pembentukan karakter anak. Hal ini dapat terlihat dari cara berpakaian, bersikap, dan berperilaku sehari-hari seorang anak yang biasanya tidak jauh berbeda dengan orang-orang yang ada dalam lingkungan rumahnya. Ibarat pepatah, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Kesuksesan ibu-ayah membimbing anaknya di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak. Mereka akan tampil sebagai orang-orang yang senang belajar, terampil menyelesaikan masalah, berkomunikasi dengan baik dan berhasil guna, berani, jujur, dapat dipercaya dan diandalkan, penuh perhatian, toleransi, luwes, serta bisa bersaing dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak. Mengingat pentingnya penanaman karakter di usia dini dan mengingat usia tersebut merupakan masa persiapan untuk sekolah, maka pembentukan karakter positif di usia dini dalam keluarga menjadi sangat penting.
D. PEMBENTUKAN KARAKTER BERLANGSUNG SEUMUR HIDUP
Proses pembentukan karakter diawali dengan kondisi pribadi ibu-ayah sebagai figur yang berpengaruh untuk menjadi panutan, keteladanan, dan diidolakan atau ditiru anak-anak. Anak lebih mudah meniru perilaku daripada menuruti nasihat yang diberikan ibu-ayahnya. Mereka belajar melalui mengamati apa yang ada dan terjadi di sekitarnya, bukan lewat nasihat semata-mata. Nilai yang diajarkan melalui kata-kata, hanya sedikit yang akan mereka lakukan, sedangkan nilai yang diajarkan melalui perbuatan, akan banyak mereka lakukan. Sikap dan perilaku ibu-ayah sehari-hari merupakan pendidikan watak yang terjadi secara berkelanjutan, terus-menerus dalam perjalanan umur anak.
Proses selanjutnya adalah memberikan pemahaman dan contoh perilaku kepada anak tentang baik dan buruk, benar atau salah, mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Anak juga perlu diajarkan untuk dapat memilah dan memilih sesuatu yang baik, sehingga ia bisa mengerti tindakan apa yang harus diambil, serta mampu mengutamakan hal-hal positif untuk dirinya. Untuk itu diperlukan suasana pendidikan yang menganut prinsip 3A, yaikni asih (kasih), asah (memahirkan), dan asuh (bimbingan). Anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik kalau mendapatkan perlakuan kasih sayang, pengasuhan yang penuh pengertian, serta dalam situasi yang dirasakan nyaman dan damai.
E.MENCINTAI ANAK TANPA SYARAT
Anak akan mengembangkan pergaulan sosialnya secara sehat, jika dalam diri mereka ada perasaan berharga, berkemampuan, dan pantas untuk dicintai. Setiap anak membutuhkan perhatian, sapaan, penghargaan positif, dan cinta tanpa syarat sehingga anak dapat mengembangkan seluruh kemampuan yang ada dalam dirinya dengan baik. Berdasarkan pengalaman ini anak juga akan memperlakukan orang lain dengan cinta dan perhatian, memperlakukan orang lain secara positif sesuai dengan nilai-nilai moral yang diperoleh. Anak pun akan memahami, teman-temannya juga pantas dihargai, dicintai, dan diperhatikan seperti dirinya.
Menunjukkan cinta tanpa syarat tidak berarti ibu-ayah tak boleh menegur perbuatan negatif anak. Ibu-ayah tetap harus menegur dan memberikan sanksi atas pelanggaran atau perbuatan negatif tersebut. Perlu pemahaman ibu-ayah untuk membedakan antara ”perbuatan yang dilakukan” dengan “pribadi” anak itu sendiri. Bukan “pribadi” anak itu yang membuat ibu-ayah marah, tetapi salah satu perbuatannya. Tunjukkan kesalahan sikap atau perbuatannya sekaligus tetap menghargainya sebagai anak. Cinta tanpa syarat berpusat pada “pribadi” anak, sedangkan pendisiplinan berfokus pada perilaku atau sikap tertentu anak. F. Sifat-sifat Rasulullah. :
1. Asyidda-u 'alal-kuffar (keras terhadap orang-orang “kafir”), maksudnya bahwa pengikut Muhammad itu adalah orang orang yang senantiasa keras pendirian dan tegas kebijakannya terhadap orang-orang kafir. Ungkapan kata KAFIR adalah melekat pada sifat, yang sama halnya dengan kata mukmin dan munafik - bukan pada benda atau simbol suatu keyakinan seperti agama. Jadi bisa saja ada orang yang beragama Islam tetapi memiliki sifat kafir atau munafik.
2. Ruhama-u bainahum (Berkasih sayang bersama mereka), maksudnya bahwa pengikut Muhammad itu saling mengasihi. Dalam teks ayat-ayat al-Quran, Allah Swt. menyebutkan untuk hubungan yang baik itu dengan kata RAHIMA yang artinya kasih sayang, bukan dengan kata HUBBUN yang berarti cinta, karena cinta itu pasti pilih hati dan dapat saja ditinggalkan. Akan tetapi kasih sayang harus senantiasa dipelihara dan wajib hukumnya bagi setiap makhluk Allah. Sungguh, cinta itu hanya sampai pada hubungan persahabatan saja, sedangkan kasih sayang sampai pada hubungan persaudaraan. Cinta lebih dekat dengan nafsu, sedangkan kasih sayang sangat dekat dengan pengabdian, kepedulian, dan toleransi.4
3. Tara-hum rukka'an sujjada (Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud), maksudnya bahwa pengikut Muhammad itu senantiasa ruku’ dan sujud dalam artian tunduk dan taat terhadap aturan Allah Swt. Dengan menyembah kepadaNya. Perbuatan tunduk, taat dan menyembah itu dilakukan oleh pengikut Muhammad untuk mengharapkan ridha Allah Swt. semata.
4. Siima-hum fi-wuju-hihim min atsaris-sujuud( tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud), maksudnya bahwa nampak pada muka orang-orang yang mengikuti Nabi Muhammad SAW itu adalah keteguhan iman, kesucian hati dan kearifan berfikir.
Keempat ciri sifat pengikut Nabi Muhammad SAW tersebut di atas dapatlah di kategorikan sebagai karakter yang baik karena ada kaitannya dengan hablumminannas dan hablumminallah. Namu apabila kita pandang dengan kondisi kita saat ini, maka kita dapat merenungkan kembali akan diri kita masing-masing. Dalam hal bersikap tegas terhadap orang-orang kafir bukan diwujudkan dalam bentuk perang atau tindakan anarkis dan merusak kehidupan mereka. Sikap keras ini haruslah kembali pada hakekatnya, yaitu mengikuti sifat dan suri tauladan yang telah di contohkan oleh Nabi Muhammad SAW sehingga pendidikan karakter benar-benar terlaksana di dalam dan luar sekolah dengan sesama muslim ataupun dengan non-muslim. Sikap kasih sayang terhadap sesama makhlukpun senantiasa harus kita membiasakan diri sehingga akan selalu tercipta suasana damai, rukun, saling menghargai dan saling menghormati dengan sesama manusia maupun makhluk Tuhan lainnya.
DISKUSI
1⃣ Maya
Assalamualaikum
Bagaimana jika lingkungan tidak mendukung pembetukan karakter positif anak?apa yang harus di dilakukan sebagai orang tua?
1⃣Wa alaikumsalam bunda Maya yang Budiman...kekuatan doa dan bahasa bunda sangatlah melekat dalam pembentukan karakter anak,proses 9 bln dlm kandungan dn bimbingan Allah SWT,buah hati sangat terjaga di masa golden agenya..jika dimasa itu anak mdapatkan installing memory yg positif maka akan terjaga memory otaknya dg baik diusia berikutnya✅
2⃣ Reny
Saya reny ingin bertanya
1. Bagaimana cara memunculkan pembentukan karakter positif anak jika dalam pengasuhan masih ada campur tangan nenek/saudara yg lain yg terkadang berseberangan dengan pola asuh ayah ibu,agar anak tumbuh tidak menjadi pribadi yg galau
2. Bagaimana cara memperbaiki karakter anak (remaja) yg sudah terlanjur negatif menjadi ke arah positif tanpa terkesan memaksa/menggurui si anak
2⃣ Bunda Reny yang dirahmati Allah...
1.Jika dalam rumah ad dualisme kepemimpinan,itu akan sangat berefek di pembentukan karakter anak yaa,kebetulan di Jkt ,kak acun mjalani sbg family consultant,kami menyarankan ada edukasi jg utk nenek yaa utk paham bgmn sbnrnya pola asuh yg tepat dn benar utk anak kita,mhn bs dipahamkan efeknya yg sbnrnya dg bantuan pihak lain ya,bs jd diajak diforum parenting class yaa,kalau kita yg menyampaikan seringkali pasti jd salah paham yaa
2.remaja skrg harga dirinya tinggi,mudah sekali tersinggung dn sgt sensitif,mhn bunda punya waktu khusus yg bicara sbg teman atau sahabat ya,mhn maaf baiknya tdk dlm suasana rumah,mhn dicari suasana lain yg lbh nyaman dn atmosfernya sgt nyaman,ajaklah bicara dr hati ke hati,mhn belajar lebih mdengar yaa bunda,krm remaja lbh ingin dianggap lebih dewasa dn ingin lbh dimengerti✅
3⃣ Lenti
Assalaamu 'alaikum...
Saya ingin bertanya:
1. Terkadang saking aktifnya anak-anak, bisa saja mereka membuat kotor, onar, atau bahkan merusakkan barang yang tidak hanya di rumah sendiri tapi bisa juga di rumah orang lain (misal: tetangga). Dari yang saya pahami, kita tidak boleh dengan mudahnya memberi label 'nakal' kepada mereka. Lalu bagaimana kita menanggapinya dan menanamkan pemahaman yang benar sesuai usianya? Apakah kita diperbolehkan begitu saja membiarkan mereka dengan alasan mereka masih anak-anak?
2. Terkait pro-kontra boleh tidaknya penggunaan kata 'jangan' pada anak-anak, terus terang sampai saat ini saya pribadi juga masih mengalami kebingungan. Orang yang paham psikologi mengatakan untuk usia 0-4 tahun (kalau tidak salah) sebaiknya kata 'jangan' dihindari dengan alasan anak belum bisa mengingat penuh sehingga dikhawatirkan ketika orang tua mengatakan 'jangan memukul' maka yang diingat adalah memukul. Namun demikian, para pendidik Islam banyak yang memandang ini adalah pengabaian kata 'jangan' yang ada di Alquran atau hadits. Bahkan ada yg mengatakan ini adalah propaganda yahudi dsb. Terkait hal tersebut, bagaimana seharusnya kita bersikap?
Terima kasih atas jawaban yang diberikan
3⃣ Wa alaikumsalam bunda Lenti,sblmnya kak acun mhn maaf dn mhn ijin,jika diperkenankan kak acun boleh mjwb dr sisi kami yg selama ini mjalani di lapangan sbg praktisi karakter yaaa...bismillah,smg jwban kak acun bs mbantu bunda ya
1.sejak usia dini disaat anak sudah paham berkomunikasi yg baik,buah hati dg ijin Allah dibantu para penghuni langit utk berusaha memahami bahasa ayahbundanya dg baik,kita hrs bisa mngjari anak dg cara yg bijak dn penuh pemaknaan ketauladanan yaa...krn anak usia keemasan hanya bisa meniru,sel milyaran otaknya mampu merefesh hanya sampe usia 7 thn sj,akn terjadi pengendapan dlm memory otaknya disaat menginstal ilmu yg tdk baik,kbetuln kak acun mengalami bullying disaat kecil,sampai skrg tdk bs lupa,kita harus tegas bukan keras yaa...anak mudah paham dg bahasa ayahbunda jika disampaikan dg nyaman di hatinya...menyampaikan kebaikan,tidak terasa menyakitkan di hati malaikat kecil kita...yakin anak pasti paham jika disampaikan dg hati tulus dn penuh kasihsayang
2.diusia keemasan sampai 7 tahun ,buah hati butuh senantiasa merefresh kondisi otaknya,dlm kondisi tdk nyaman ,otak akn mengalmi penyusutan dn syaraf tdk berfungsi dg baik,bahasa Al Qur an adalah bahasa yg indah,trbukti anak kecil sj bs sanggup menghafalnya dg baik,namun hrs kita pahami fase perkembangan otak anak,pengalaman kak acun selama 15 thn ini mdampingi anak dlm semua kondisi,kami lbh nyaman jika memilih kata yg lebih bijak disaat berinteraksi dg anak,bukan berarti kita tdk menggunakan kata jangan,kata itu hrs dipakai dikondisi yg sgt dimengerti oleh anak...diusia setelah baligh otaknya syarafnya lebih membentuk,disaat itu anak sdh siap diajak bicara lebih detail ttg pemaknaan hidup,jika bunda diminta kak acun jangan bayangkan gajah ....otomatis spontanitas otak kita akan mbyangkan gajah,itu lebih memudahkan utk memahamkn yaaa..knp kata jangan harus digunakan di moment yg sangat tepat✅
4⃣ Henny
Saya dengar ceramah ada yg menyebutkan begini, perlakukan anak pada 7th pertama sbg raja, 7th berikutnya sbg tawanan, 7th selanjutnya sbg sahabat. Menurut bang acun perlakuan spt raja ini yg spt apa? Apakah dg memanjakan, melayani setiap apa yg jd keinginannya, menyediakan apa yg dia minta. Bagaimana pengaruhnya thd karakternya di masa depan? Bolehkah memberlakukan kedisiplinan thd anak di 7th pertamanya?
Adakah patokan usia, pada usia brp seharusnya si anak sdh bs bsikap dewasa? Laki2 dan perempuan.
4⃣ Bunda Henny yang sangat baik...smg kita semua diberi Allah SWT kekuatan utk mdampingi buah hati dengan baik yaa,baiti jannati....bunda pasti merasakan disaat anak blm bisa berjalan ,berbicara ,msih hrs dibantu oleh kita...buah hati mampu mengenal alam semesta dn jutaan pembendaraan kata,apa Kuta semua yg mengatakannya?? Kita hanya berperan sedikit sekali...penghuni langit dg ijin Allah yg mengajari buah hati di usia keemasan,diperlakukan sbg raja itu hanya bahasa kiasan yaa bunda...di usia itu anak msih byk mbutuhkn kita ,utk dilayani dn dimengerti lebih,masa tumbuh kembang,usia 7 thn sampe baligh,masa anak hrs byk dipahamkan dg hati2 di jaga memory otaknya dg baik,setelah baligh anak ingin dianggap dewasa,dia lbh ingin didengar drpd kita nasehati,memanjakan anak itu bukan cara yg bijak yaa,yg benar ajari anak utk paham bgmn bersikap dn bertanggungjawab dg baik,kita sampaikan dg bahasa yg mudah mereka pahami,jika anak kita Didik dg rasa marah, dia akan semakin marah nantinya ke ayahbunda,dst...
Mengajarkan kedisiplinan sangat boleh yaaa,apalagi anak dipahamkan dg smartdiscipline yaaa...sgt bagus efeknya ke anak,disiplin tanpa paksaan dn kekerasan yaaa,anak bersikap dewasa idealnya disaat dia sdh mulai baligh yaa..Maaf jaman skrg fenomenanya anak putri byk yg mengalami balighnya lebih awal dn anak putra lbh lambat balighnya✅
©IIP Malang Raya-1
0 komentar