Berbahasa Cinta dengan Pasangan dalam Mahligai Rumah Tangga
Resume Kuliah Whatsapp
*Berbahasa Cinta dengan Pasangan dalam Mahligai Rumah Tangga*
Hari : Kamis, 13 September 2018
Lokasi : WAG khusus
Narasumber : Diana amalia zein
Moderator : Vita Kartika
PENGANTAR MATERI
Memasuki usia dewasa muda rata-rata manusia mulai membangun mahligai rumah tangga.
Motivasinya beragam, bisa karena didorong rasa cinta, bisa juga karena faktor lainnya, seperti ingin membahagiakan orangtua dengan menikahi calon yang dipilihkan orangtua, bisa juga karena faktor ekonomi.
Namun motivasi yang terbaik adalah karena dilandasi oleh *niat untuk beribadah*.
إذا تزوج العبد فقد استكمل نصف الدين فليتق الله في النصف الباقي
“Ketika seseorang menikah, berarti dia telah menyempurnakan setengah agamanya. Maka bertaqwalah kepada Allah pada setengah sisanya” (Hadist Baihaqi)
Namun pada kenyataannya, membangun rumah tangga tidak selalu seindah yang kita bayangkan.
Banyak pasangan yang gagal untuk membangun keintiman satu sama lain, maka yang terjadi adalah _*empty marriage*_ . Menikah hanya menjadi status belaka, tetapi hati masing-masing tetap kosong dan sama-sama merasa kesepian.
Ternyata kesuksesan dalam pernikahan itu lekat sekali dengan bagaimana pasangan saling berkomunikasi, membuat keputusan bersama, dan mengelola konflik (Brubaker, 1983)
Demi mewujudkan rumah tangga adem ayem, bukan berarti konflik harus dihindari, tetapi justru harus dihadapi dan dikelola dengan baik agar kualitas hubungan semakin meningkat.
Komunikasi yang terjalin secara efektif antar suami istri menjadi kunci agar hal itu dapat terwujud.
Tapi, meski perempuan dikenal lebih cerewet daripada laki-laki bukan berarti kemampuan komunikasinya sudah lebih baik loh ya....karena komunikasi yang efektif terjadi hanya bila satu sama lain mencapai kesepemahaman dan terjadi tindakan yang sama-sama diharapkan oleh kedua belah pihak.
Oleh karena itu, penting untuk berlatih bagaimana cara berkomunikasi yang efektif dengan pasangan kita. Tentunya menggunakan bahasa cinta yang semakin memperindah hubungan antara suami istri.
Hari ini kita akan membahas tema bahasa cinta ini ya😘
MATERI
Seperti yang kita semua tau, pernikahan itu bukan seperti kisah Cinderella ketika di akhir cerita "mereka pun bahagia selamanya". Justru pernikahan merupakan awal dari perjalanan panjang yang penuh dengan perjuangan. Setuju gak?
Gak cuma tanaman yg harus terus dipupuk..hubungan antara suami istri pun harus selalu dipupuk dengan cinta❤ agar bisa terus berkembang, karena *mencintai* itu kata kerja aktif loh..jadi ya memang harus senantiasa diperjuangkan.
Seperti yang kita semua tau, pernikahan itu bukan seperti kisah Cinderella ketika di akhir cerita "mereka pun bahagia selamanya". Justru pernikahan merupakan awal dari perjalanan panjang yang penuh dengan perjuangan. Setuju gak?
Gak cuma tanaman yg harus terus dipupuk..hubungan antara suami istri pun harus selalu dipupuk dengan cinta❤ agar bisa terus berkembang, karena *mencintai* itu kata kerja aktif loh..jadi ya memang harus senantiasa diperjuangkan.
Mungkin teman-teman sudah membaca pengantar tema hari ini ya sebelumnya? Di sana saya menulis, bahwa sebaik-baiknya niat ketika menikah adalah untuk beribadah
Berarti "nawaitu" nya adalah lillahi ta'alla. Janji akad nikah yang terucap dulu itu bukan sekedar janji kepada pasangan saja, tapi lebih utama dari itu... *adalah janji kita kepada Allah* ..
Nah...sebelum masuk ke bahasan kita berikutnya, saya ajak teman-teman untuk betul-betul menyadari niat kita ketika menikah...luruskan niat hanya untuk beribadah kepada Allah, maka dengan begitu, apapun yang kita upayakan untuk memupuk terus keharmonisan rumah tangga insya Allah tidak akan terasa berat. Bisa ya?
Memasuki usia dewasa bahkan pada akhir remaja, seseorang biasanya mulai menjalin hubungan serius dengan lawan jenis. Kalau menurut Erikson (Tokoh Psikologi) Fase Dewasa muda merupakan fase untuk menuntaskan tugas perkembangan yaitu:
“Intimacy vs Isolation”.
Maksudnya...bila seseorang tidak mengembangkan kemampuan untuk menjalin hubungan yang akrab dengan lawan jenis, biasanya akan berakhir dengan merasa kesepian atau terisolasi.
Memang, yang biasa terlihat, indikator keberhasilannya adalah saat di mana dia memiliki pasangan yang kelak bisa menjadi teman hidupnya. Padahal belum tentu loh yang berhasil memasuki jenjang pernikahan adalah pasti yang sudah menuntaskan tugas perkembangan.
Seperti yang saya uraikan sebelumnya, kemampuan membina hubungan yang intim..yang hangat itu tidak dimiliki oleh semua orang yang berstatus menikah.
Makanya kan ada yang tetap menjomblo tapi hatinya penuh dan bahagia. Karena dia memiliki kapasitas dan kemampuan untuk menjalin hubungan yang intim dengan orang lain, yaitu *mampu berkorban bagi orang lain dan bersedia untuk berkompromi*
Hanya mungkin belum datang saja jodohnya ya?😊
Oke..jadi bukan memiliki atau tidak memiliki pasangan ya bukti kesuksesan menuntaskan tugas perkembangan pada masa dewasa muda..tapi letaknya pada kemampuan dan kapasitas membangun jalinan yang intim/dekat.
Makanya banyak pasangan menikah hatinya tetap sepi. Dan banyak yang jomblo tapi full of love..mampu berbagi.
Nah, kita fokus pada yang sudah menikah ya. Meski sudah tinggal seatap untuk sekian tahun lamanya, bisa jadi suami masih jadi sosok mystery guess dalam hidup kita loh kalau kita tidak pandai-pandai mengenali. Makanya sering terjadi cekcok, atau bahkan sibuk dengan pikiran sendiri-sendiri tidak perduli satu sama lain (empty marriage).😔
Berarti "nawaitu" nya adalah lillahi ta'alla. Janji akad nikah yang terucap dulu itu bukan sekedar janji kepada pasangan saja, tapi lebih utama dari itu... *adalah janji kita kepada Allah* ..
Nah...sebelum masuk ke bahasan kita berikutnya, saya ajak teman-teman untuk betul-betul menyadari niat kita ketika menikah...luruskan niat hanya untuk beribadah kepada Allah, maka dengan begitu, apapun yang kita upayakan untuk memupuk terus keharmonisan rumah tangga insya Allah tidak akan terasa berat. Bisa ya?
Memasuki usia dewasa bahkan pada akhir remaja, seseorang biasanya mulai menjalin hubungan serius dengan lawan jenis. Kalau menurut Erikson (Tokoh Psikologi) Fase Dewasa muda merupakan fase untuk menuntaskan tugas perkembangan yaitu:
“Intimacy vs Isolation”.
Maksudnya...bila seseorang tidak mengembangkan kemampuan untuk menjalin hubungan yang akrab dengan lawan jenis, biasanya akan berakhir dengan merasa kesepian atau terisolasi.
Memang, yang biasa terlihat, indikator keberhasilannya adalah saat di mana dia memiliki pasangan yang kelak bisa menjadi teman hidupnya. Padahal belum tentu loh yang berhasil memasuki jenjang pernikahan adalah pasti yang sudah menuntaskan tugas perkembangan.
Seperti yang saya uraikan sebelumnya, kemampuan membina hubungan yang intim..yang hangat itu tidak dimiliki oleh semua orang yang berstatus menikah.
Makanya kan ada yang tetap menjomblo tapi hatinya penuh dan bahagia. Karena dia memiliki kapasitas dan kemampuan untuk menjalin hubungan yang intim dengan orang lain, yaitu *mampu berkorban bagi orang lain dan bersedia untuk berkompromi*
Hanya mungkin belum datang saja jodohnya ya?😊
Oke..jadi bukan memiliki atau tidak memiliki pasangan ya bukti kesuksesan menuntaskan tugas perkembangan pada masa dewasa muda..tapi letaknya pada kemampuan dan kapasitas membangun jalinan yang intim/dekat.
Makanya banyak pasangan menikah hatinya tetap sepi. Dan banyak yang jomblo tapi full of love..mampu berbagi.
Nah, kita fokus pada yang sudah menikah ya. Meski sudah tinggal seatap untuk sekian tahun lamanya, bisa jadi suami masih jadi sosok mystery guess dalam hidup kita loh kalau kita tidak pandai-pandai mengenali. Makanya sering terjadi cekcok, atau bahkan sibuk dengan pikiran sendiri-sendiri tidak perduli satu sama lain (empty marriage).😔
Berikut ini beberapa tahapan berkomunikasi yang menentukan perkembangan suatu hubungan ya:
Tahap 1 : Inisiasi
Seseorang akan mulai mengenal dan menyesuaikan respon dengan lawan bicaranya. Seringkali tahap pertama ini hanya mencoba mengenali bahasa nonverbalnya saja. Pesan noverbal itu cenderung ditangkap lebih kuat daripada pesan verbal. misal: cara berpakaian; bicara keprihatinan terhadap rakyat miskin tapi perhiasan emas berderet di lengan, kira-kira sampai gak pesannya? Bicara "aku baik-baik saja" dengan lirih mata berkaca-kaca..apa pesan yang ditangkap?
Coba kenali dan simak pesan tersirat agar tepat dalam bereaksi.
Tahap 1 : Inisiasi
Seseorang akan mulai mengenal dan menyesuaikan respon dengan lawan bicaranya. Seringkali tahap pertama ini hanya mencoba mengenali bahasa nonverbalnya saja. Pesan noverbal itu cenderung ditangkap lebih kuat daripada pesan verbal. misal: cara berpakaian; bicara keprihatinan terhadap rakyat miskin tapi perhiasan emas berderet di lengan, kira-kira sampai gak pesannya? Bicara "aku baik-baik saja" dengan lirih mata berkaca-kaca..apa pesan yang ditangkap?
Coba kenali dan simak pesan tersirat agar tepat dalam bereaksi.
Sering kan ya menemukan penyampai pesan yang non verbalnya tidak selaras dengan pesan? Bikin salfok pasti. Dan fokus kita pasti lebih kepada nonverbalnya.
Tahap 2: Eksplorasi
Ketika kita mulai menjalin komunikasi...kita akan menggali lebih dalam lagi tentang lawan bicara kita. Apa yang dia sukai, apa yang dia tidak sukai.
Ada kisah, tentang Syuraih Al Qadhi dengan istrinya Zainab binti Hudair. Di hari pertama mereka berkumpul, bahkan sebelum Syuraih menyentuhnya, Zainab langsung menanyakan hal-hal apa yang dia sukai, apa yang tidak disukai. Sebagai istri dia langsung ingin mengenal perangai suami agar lebih tepat dalam memperlakukan suaminya. Dengan khidmat yang baik, suami pun memperlakukan Zainab dengan baik. Akhirnya, itu menjadi kunci rumah tangga mereka yang sakinah untuk seterusnya.
Ketika kita mulai menjalin komunikasi...kita akan menggali lebih dalam lagi tentang lawan bicara kita. Apa yang dia sukai, apa yang dia tidak sukai.
Ada kisah, tentang Syuraih Al Qadhi dengan istrinya Zainab binti Hudair. Di hari pertama mereka berkumpul, bahkan sebelum Syuraih menyentuhnya, Zainab langsung menanyakan hal-hal apa yang dia sukai, apa yang tidak disukai. Sebagai istri dia langsung ingin mengenal perangai suami agar lebih tepat dalam memperlakukan suaminya. Dengan khidmat yang baik, suami pun memperlakukan Zainab dengan baik. Akhirnya, itu menjadi kunci rumah tangga mereka yang sakinah untuk seterusnya.
Tahap 3: Intensifikasi
Mulai lebih intens dalam komunikasi..antar pasangan sudah lebih mengenal baik verbal non verbalnya..kecenderungan yang dimiliki pasangan dan sebagainya.
Biasanya dalam tahap ini mulai tersusun aturan tertulis atau tidak tertulis tentang pola komunikasi yang bisa diterapkan sebagai hasil pembelajaran kita dalam mengenal pasangan.
Tapi ternyata dalam tahapan ini konflik mulai sering terjadi akibat perbedaan nilai-nilai dan kebiasaan. Bisa jadi memasuki tahap ini hubungan semakin renggang, bisa juga hubungan terjalin semakin erat. Sebagian dari kita mungkin merasa sudah mengenali suami bila dulu sempat pacaran sebelum menikah. Padahal belum tentu, saat dua orang berbagi segala aspek hidup, pasti banyak hal yang tidak sejalan.
Makanya, kembali lagi pada niat, bila keduanya menetapkan niat untuk beribadah, insya Allah lebih mudah menyelaraskan ritme dan prinsip-prinsip dalam rumah tangga 😊
Tahap 4 : Formalisasi
Bila pada tahap sebelumnya hubungan malah jadi menurun kualitasnya karena banyak konflik tidak teratasi, bisa jadi berujung pada perpisahan.
Tapi bagi yang hubungannya semakin intens, maka akan masuk pada tahap formalisasi, ketika aturan atau pola yang diciptakan menjadi ajeg dalam suatu hubungan.
Nah, kira-kira dalam rumah tangga kita, sudah cukup mengenal pasangan dan punya pola komunikasi yang ajeg belum?
Memang betul..justru kalau sudah merasa ajeg kita cenderung berhenti mempelajari..karena....
Tahap 5 : Penyesuaian terus-menerus
Meskipun sudah melewati tahap formalisasi, bukan mustahil kita harus kembali eksplorasi lagi, manusia berubah...lingkungan berubah...atau bisa juga karena kita baru mendapatkan lagi fakta lain tentang pasangan kita, baik dari masa lalunya, dari pekerjaannya, dari keluarganya dll
Mulai lebih intens dalam komunikasi..antar pasangan sudah lebih mengenal baik verbal non verbalnya..kecenderungan yang dimiliki pasangan dan sebagainya.
Biasanya dalam tahap ini mulai tersusun aturan tertulis atau tidak tertulis tentang pola komunikasi yang bisa diterapkan sebagai hasil pembelajaran kita dalam mengenal pasangan.
Tapi ternyata dalam tahapan ini konflik mulai sering terjadi akibat perbedaan nilai-nilai dan kebiasaan. Bisa jadi memasuki tahap ini hubungan semakin renggang, bisa juga hubungan terjalin semakin erat. Sebagian dari kita mungkin merasa sudah mengenali suami bila dulu sempat pacaran sebelum menikah. Padahal belum tentu, saat dua orang berbagi segala aspek hidup, pasti banyak hal yang tidak sejalan.
Makanya, kembali lagi pada niat, bila keduanya menetapkan niat untuk beribadah, insya Allah lebih mudah menyelaraskan ritme dan prinsip-prinsip dalam rumah tangga 😊
Tahap 4 : Formalisasi
Bila pada tahap sebelumnya hubungan malah jadi menurun kualitasnya karena banyak konflik tidak teratasi, bisa jadi berujung pada perpisahan.
Tapi bagi yang hubungannya semakin intens, maka akan masuk pada tahap formalisasi, ketika aturan atau pola yang diciptakan menjadi ajeg dalam suatu hubungan.
Nah, kira-kira dalam rumah tangga kita, sudah cukup mengenal pasangan dan punya pola komunikasi yang ajeg belum?
Memang betul..justru kalau sudah merasa ajeg kita cenderung berhenti mempelajari..karena....
Tahap 5 : Penyesuaian terus-menerus
Meskipun sudah melewati tahap formalisasi, bukan mustahil kita harus kembali eksplorasi lagi, manusia berubah...lingkungan berubah...atau bisa juga karena kita baru mendapatkan lagi fakta lain tentang pasangan kita, baik dari masa lalunya, dari pekerjaannya, dari keluarganya dll
Yang jelas *semua perilaku* itu ada motifnya..psikolog akan belajar dulu apa motivasi perilaku menyimpang seseorang untuk tahu terapi apa yang tepat bagi kliennya.
Polisi juga belajar motif pelaku kejahatan untuk dituangkan dalam BAP sehingga dalam proses peradilan bisa ditimbang seadil-adilnya.
Kalau kita? Cukup fokus untuk pelajari motivasi suami dan apa saja yang melatarbelakangi semua tindak-tanduknya supaya maklum dan paham bagaimana harus bersikap.
Nah..proses ini membuat kita harus belajar memahami lagi..menyesuaikan diri lagi dan tidak jarang berbuah konflik.
Tapiii.....
Konflik tidak perlu dihindari, menghindari konflik justru membuat hubungan menjadi tidak sehat, karena adanya kekecewaan yang dipendam antara satu sama lain.
Namun, hadapi dengan baik kelola dengan pikiran yang jernih, fokus pada solusi bukan pada orang. Sebagaimana kita diajarkan untuk membenci perilaku yang keliru, tapi bukan membenci orangnya.
Polisi juga belajar motif pelaku kejahatan untuk dituangkan dalam BAP sehingga dalam proses peradilan bisa ditimbang seadil-adilnya.
Kalau kita? Cukup fokus untuk pelajari motivasi suami dan apa saja yang melatarbelakangi semua tindak-tanduknya supaya maklum dan paham bagaimana harus bersikap.
Nah..proses ini membuat kita harus belajar memahami lagi..menyesuaikan diri lagi dan tidak jarang berbuah konflik.
Tapiii.....
Konflik tidak perlu dihindari, menghindari konflik justru membuat hubungan menjadi tidak sehat, karena adanya kekecewaan yang dipendam antara satu sama lain.
Namun, hadapi dengan baik kelola dengan pikiran yang jernih, fokus pada solusi bukan pada orang. Sebagaimana kita diajarkan untuk membenci perilaku yang keliru, tapi bukan membenci orangnya.
Karena bukan hanya suami yang bisa salah..kita pun pasti sering salah. Jadi tujukan fokus kita pada solusi masalah saja.
Kalau kita sudah berhasil menghadapi konflik dengan baik, maka akan memberi kita kesempatan untuk mengenal pasangan lebih jauh, dan meningkatkan kualitas hubungan.
Kalau kita sudah berhasil menghadapi konflik dengan baik, maka akan memberi kita kesempatan untuk mengenal pasangan lebih jauh, dan meningkatkan kualitas hubungan.
Nah itu tahapan perkembangan komunikasi dalam suatu hubungan. Sebelum lanjut, apakah cukup jelas sampai sini? Masih bisa diikuti tak?😁Oke..lanjut ya..jadi kira-kira harus bagaimana sih yang disebut dengan berbahasa cinta itu?
Pertama, lagi-lagi saya ingatkan, yaitu berazzam dalam hati yang kita upayakan demi beribadah kepada Allah..jadi ga ada kata *"gengsi dooong"*😁 atau... *"keenakan dia dong!"* Mari kita sebagai istri bukanya kitab istri, biarlah suami yang buka kitab suami, kalau terbalik -istri buka kitab suami, suami buka kitab istri- akhirnya jadi saling menuntut. Bener gak?
Nah..kalau sudah meluruskan niat, ingat tadi di tahap inisiasi..bahwa *bahasa nonverbal lebih kuat sampainya daripada bahasa verbal*.
Jadi...usahakan ketika suami bersama kita :
sejukkan pandangannya dengan pemandangan yang indah-indah...😍
sejukkan telinganya mendengar yang lembut-lembut...😘
Beri senyuman kita yang paling manis dan tulus...😊
Jaga _self hygiene_ dan bersolek sewajarnya agar suami nyaman bersama kita💃🏼. (Jangan sampe sepet matanya liat kita manyun, dekil, bau pulak🙊😅)
Jangan pas ada maunya aja ya berlaku lemah lembut😅
Kedua, pahami keadaan dia sedang bagaimana.
Tadi kan kita sudah belajar tahap eksplorasi, tahu latar belakang pasangan, tahu kesukaan dan ketidaksukaannya. Jangan sampe misalnya, baru pulang kerja kita sudah "nyerocos" curhat ini-itu berharap suami dengar. Misalnya..50ribu dapet apa?? #eh beda konteks itu mah ya🤭
Karena biasanya tombol switch laki-laki itu lebih lambat daripada kita. Suasana hatinya masih berada di ruang meeting berkutat dengan trouble pekerjaan, atau mungkin di jalanan yang macet berjam-jam tadi.
Memangnya kita emak2..sambil gendong yang bontot masih bisa ngobrol di telepon..sambil cek kompor dan nyari seragam si sulung😅
Gak bisa👋🏼..laki2 ga bisa gitu...otaknya berpikir konvergen (satu arah) bukan seperti kita yang divergen (banyak arah) sehingga bisa berpikir banyak hal bersamaan, meloncat-loncat topiknya.
Nah jadi sebelum mulai berkomunikasi yang efektif..buat dulu suasana rileks, siapkan minuman, makanannya, penuhi dulu hajatnya. Kalau suami tidak suka rumah berantakan misalnya, atur lagi manajemen waktu kita supaya sesaat sebelum suami pulang kita masih punya waktu untuk berbenah.
Kalau perlu pijat kakinya..totok wajahnya 💆🏻♂..creambath..maskeran..eh itu mah kesukaan kita ya?
😂 yah silahkan eksplor kesukaan suami masing-masing lah...Buat dia selalu merindukan kita dan suasana rumah.
Sudah nyaman tenteram hatinya, lalu kita ingin menyampaikan maksud, maka pastikan tidak dengan bahasa yang bertele-tele.
Menurut salah satu tokoh parenting Bunda Elly, laki-laki paling efektif menangkap 15 kata saja dalam 1 kalimat inti.
Jadi berlatih sampaikan maksud dengan ringkas, simple dengan bahasa mudah dimengerti.
Bila tidak mendapat tanggapan yang sesuai harapan, tunggu, jangan mendesaknya. Mungkin perlu atur lagi di lain waktu atau bisa jadi ada prioritas lain di benaknya. Sabar buk😊
Jangan lupa juga, dia adalah imam kita, tidak semestinya makmum mendahului imam kan? mengingatkan imam dalam sholat pun ada adabnya.. Bukan serta merta teriak "woy salah!" Atau menepuk punggungnya kan?
Jadi...pakai adab di kala mengingatkan, jaga kehormatan dan wibawanya. Sampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kita akan kebaikannya terlebih dahulu, baru sampaikan keberatan kita akan suatu hal.
Hindari kata-kata : "kamu SELALU aja ga mau perduli sama perasaan aku!"
Kata SELALU itu artinya tidak sekalipun alpa loh..apa betul begitu? Atau itu hanya desakan dari hati yang sedang kesal? Kita sering tidak sadar terjebak dengan kata SELALU loh...
Atau..
"Kamu tuh nyuekin aku tau gak?" Beda loh rasa kalimatnya dengan "AKU KADANG MERASA, sedang dicuekin sama kamu"
Bisa lihat perbedaannya di mana gak?
Kalimat pertama adalah *Penilaian terhadap pasangan kita* . (Padahal bisa jadi dia tidak berniat mengacuhkan).
Kalimat kedua bermakna *Penilaian terhadap diri kita sendiri* yang merasa diacuhkan.
Maka lawan bicara pun tidak merasa terserang
Yang menjadi keprihatinan saya saat ini adalah penggunaan socmed yang sering kebablasan. Suami curhat tentang istri, istri curhat tentang suami. Dipertontonkan pada khalayak. Atau bisa juga posting pesan yang sifatnya menyindir, atau tersirat tentang kegalauan dalam rumah tangganya. Untuk ibu-ibu pembelajar di sini, *Please don't do that*. 😔🙏🏼
Karena Dalam al-Quran disebutkan;
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَآئِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ عَلِمَ اللّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ فَالآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُواْ مَاكَتَبَ اللّهُ لَكُمْ
Artinya: "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; *mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka* . Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu." (QS. Al-Baqoroh [2]:187)
Karena Dalam al-Quran disebutkan;
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَآئِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ عَلِمَ اللّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ فَالآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُواْ مَاكَتَبَ اللّهُ لَكُمْ
Artinya: "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; *mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka* . Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu." (QS. Al-Baqoroh [2]:187)
Sebagaimana fungsi pakaian, tugasnya adalah untuk menutupi keburukan. Lalu apakah curhat tidak boleh? Boleh saja, hanya pada orang yang memiliki keilmuan untuk membantu carikan solusi, atau minimal bisa mengingatkan pada kebaikan, bukan ngomporin😅 jadi kalau mau curhat telisik dulu niat kita dan lihat2 orang yang dicurhati.
Jadi setelah kita lakukan langkah-langkah itu namun pesan kita masih tertolak, jawabannya : taat sajalah.
Selama apa yang dia perintahkan tidak bertentangan dengan syariat. Doakan dan sebut namanya dalam sholat agar Allah melembutkan hatinya.
Memang berat..tapi bisa😊 Karena inilah harga dari imbalan memasuki surga dari pintu manapun yang kita kehendaki. Selain menjaga sholat dan puasa wajib, yang terberat adalah mengenyampingkan keinginan kita yang lain agar bisa taat pada suami.
Saya ulang kembali ya, jadi setelah kita luruskan niat, perbaiki lagi bahasa nonverbal kita, pelajari lagi tentang kebiasaan dan kesukaan suami kita, penuhi dulu semua hajatnya hingga dia merasa nyaman, sampaikan rasa terima kasih kita terlebih dahulu dan berlatih menyampaikan maksud dengan bahasa simple dan jelas, gunakan kalimat yang tidak menyerang atau menghakimi, gunakan adab dalam menegur suami, bukan dengan curhat sana sini apalagi di socmed😑. Jangan lupa juga doakan selalu suami kita dalam setiap sholat kita
PERTANYAAN DAN JAWABAN
💐1⃣
Nama: Santi
Pertanyaan: bagaimana klo pasangan kita pendiam bagaimana caranya agar setiap masalah agar dapat didiskusikan, karena sifat pendiam nya tersebut?
Terima kasih
💐1⃣
Nama: Santi
Pertanyaan: bagaimana klo pasangan kita pendiam bagaimana caranya agar setiap masalah agar dapat didiskusikan, karena sifat pendiam nya tersebut?
Terima kasih
Jawaban :
Selain ikuti langkah-langkah di atas, ada baiknya kita telisik dulu..bisa jadi suami enggan bicara karena merasa istri tidak akan memahaminya. Pelajari lagi, jangan2 kita lebih banyak bicara ketimbang mendengarkan?
Kalau sepertinya kesediaan kita mendengarkan sudah kita tunjukkan namun suami tampak tidak bergeming...kita switch dulu pada apa yang menjadi passionnya..apa hobinya..apa ketertarikannya…
Kalau sepertinya kesediaan kita mendengarkan sudah kita tunjukkan namun suami tampak tidak bergeming...kita switch dulu pada apa yang menjadi passionnya..apa hobinya..apa ketertarikannya…
Kalau bisa malah terlibat di dalamnya Karena yang berkarakter pendiam akan bisa lebih terbuka jika melihat lawan bicaranya menyelami juga apa yang menjadi kesukaannya..dia akan lebih terbuka dan rileks untul bicara..ngobrol di kolam pemancingan misalnya..ga haram loh
Tunjukkan bahwa kita siap mendengar dan jauh dari menghakimi
💐
💐
Pertanyaan ke 2
Putri
Bagaimana mensiasati komunikasi antar pasangan yang mulai memasuki usia krisis perkawinan dimana tanpa banyak bicara rasanya semua sudah saling paham? Tapi di sisi lain masih suka terjadi miskomunikasi karena perbedaan pendapat yang tidak terkomunikasikan.
Putri
Bagaimana mensiasati komunikasi antar pasangan yang mulai memasuki usia krisis perkawinan dimana tanpa banyak bicara rasanya semua sudah saling paham? Tapi di sisi lain masih suka terjadi miskomunikasi karena perbedaan pendapat yang tidak terkomunikasikan.
Jawaban :
Makanya tahap komunikasi yang terakhir tadi adalah penyesuaian terus menerus kan? Karena..manusia berubah..keadaan dan lingkungan berubah.
Kita memang tidak boleh berhenti belajar memahami..menyamakan ritme lagi. Kalau merasa sudah mengenal tapi masih sering terjadi salah paham..artinya belum benar-benar sudah mengenal. Ayo semangat..kenalan lagi sama suami😊
Jangan terjebak dalam asumsi..tidak ada salahnya kita konfirmasi untuk tindakan yang akan kita ambil..apakah sudah berkenan di hatinya atau belum?
Dalam wawancara ada teknik *probing* menanyakan lagi maksud seseorang dengan mengulang kembali persis sesuai pernyataan dia
Misal "jadi menurut kamu kalau aku ikut acara itu akan lebih banyak mudharatnya?" Ketika dia mengatakan "kalau kamu ikut acara itu akan lebih banyak mudharatnya"
Tapi lagi2 perhatikan nonverbal kita..jangan sampai malah terkesan menantang😅
Makanya tahap komunikasi yang terakhir tadi adalah penyesuaian terus menerus kan? Karena..manusia berubah..keadaan dan lingkungan berubah.
Kita memang tidak boleh berhenti belajar memahami..menyamakan ritme lagi. Kalau merasa sudah mengenal tapi masih sering terjadi salah paham..artinya belum benar-benar sudah mengenal. Ayo semangat..kenalan lagi sama suami😊
Jangan terjebak dalam asumsi..tidak ada salahnya kita konfirmasi untuk tindakan yang akan kita ambil..apakah sudah berkenan di hatinya atau belum?
Dalam wawancara ada teknik *probing* menanyakan lagi maksud seseorang dengan mengulang kembali persis sesuai pernyataan dia
Misal "jadi menurut kamu kalau aku ikut acara itu akan lebih banyak mudharatnya?" Ketika dia mengatakan "kalau kamu ikut acara itu akan lebih banyak mudharatnya"
Tapi lagi2 perhatikan nonverbal kita..jangan sampai malah terkesan menantang😅
Pertanyaan ke 3
Nama : anda
Pertanyaan :
Saya menikah hampir 7th, selama menikah banyak mengalami kekecewaan dari pasangan,
Setiap obrolan, jika membicarakan orang lain, atau hal yang tidak mengaitkan kata KITA, semuanya lancar.
Tetapi ketika mulai berbicara tentang kamu atau aku maupun kamu dan aku, tiba tiba semuanya menjadi dingin dan salah.
Saya lebih banyak diam di akhir komunikasi, tapi sebenarnya masalah ini seperti gunung es, yang tidak terlihat di permukaan, saya mulai tidak tahan.
Kalau saya ingin memperbaiki keadaan, dari mana saya mulai:
Jika dimulai dari diri saya sendiri, apa yang harus saya lakukan?
Nama : anda
Pertanyaan :
Saya menikah hampir 7th, selama menikah banyak mengalami kekecewaan dari pasangan,
Setiap obrolan, jika membicarakan orang lain, atau hal yang tidak mengaitkan kata KITA, semuanya lancar.
Tetapi ketika mulai berbicara tentang kamu atau aku maupun kamu dan aku, tiba tiba semuanya menjadi dingin dan salah.
Saya lebih banyak diam di akhir komunikasi, tapi sebenarnya masalah ini seperti gunung es, yang tidak terlihat di permukaan, saya mulai tidak tahan.
Kalau saya ingin memperbaiki keadaan, dari mana saya mulai:
Jika dimulai dari diri saya sendiri, apa yang harus saya lakukan?
Jawaban :
Nah ini..7 tahun waktu yang terlalu lama sebetulnya untuk melestarikan gunung es. Tapi insya Allah tidak terlambat untuk memperbaiki😊
Seperti yang tadi saya sebutkan..mari..para istri baca kitab istri..biarlah kitab suami..suami saja yang baca..
artinya...
Jangan menuntut pasangan untuk banyak berubah sebelum kita sendiri instrospeksi. Mungkinkah kita masih sering bernada menyerang dan lebih sering mendesak?
Mungkinkah saat bicara kita tidak.menunjukkan bahasa nonverbal yang bersahabat? (Dahi berkerut..nada meninggi dan mata bermusuhan?)
Ataukah kita bicara di saat yang tidak tepat? Kalimatnya terlalu bertele-tele?
Coba ditelisik lagi mana yang bisa diperbaiki dari poin2 yang sudah dijelaskan
Seperti yang tadi saya sebutkan..mari..para istri baca kitab istri..biarlah kitab suami..suami saja yang baca..
artinya...
Jangan menuntut pasangan untuk banyak berubah sebelum kita sendiri instrospeksi. Mungkinkah kita masih sering bernada menyerang dan lebih sering mendesak?
Mungkinkah saat bicara kita tidak.menunjukkan bahasa nonverbal yang bersahabat? (Dahi berkerut..nada meninggi dan mata bermusuhan?)
Ataukah kita bicara di saat yang tidak tepat? Kalimatnya terlalu bertele-tele?
Coba ditelisik lagi mana yang bisa diperbaiki dari poin2 yang sudah dijelaskan
Kelapangan hati memang mutlak dibutuhkan agar bisa secara paripurna introspeksi diri
Perbanyak mengingat kebaikan pasangan, fokus pada visi misi bersama..ajak pasangan berdiskusi dengan lembut. Jangan desak kalau memang belum tepat diutarakan..buat suami nyaman dan tenteram dulu hatinya..😊
Dan jangan lupa sampaikan rasa terima kasih kita terlebih dahulu karena kadang kita suka lupa menyatakan penghargaan kita pada pasangan.
Kalau kamu salah, aku marah. Kalau kamu benar, ya memang sudah seharusnya.
👆🏼ini prinsip yang keliru
Perbanyak mengingat kebaikan pasangan, fokus pada visi misi bersama..ajak pasangan berdiskusi dengan lembut. Jangan desak kalau memang belum tepat diutarakan..buat suami nyaman dan tenteram dulu hatinya..😊
Dan jangan lupa sampaikan rasa terima kasih kita terlebih dahulu karena kadang kita suka lupa menyatakan penghargaan kita pada pasangan.
Kalau kamu salah, aku marah. Kalau kamu benar, ya memang sudah seharusnya.
👆🏼ini prinsip yang keliru
Kalau kamu benar, aku sangat berterima kasih, kalau kamu salah mari kita cari sama-sama solusinya.
Beda kan spiritnya?😉
Pertantanyaan ke 4⃣
Nama:pide
Pertanyaan:
Untuk memulai komunikasi efektif dengan bahasa cinta apakah harus dengan rayuan gombal,bikin surat cinta atau langsung dengan sikap saja?bisa dibagi tips2nya agar perasaan cinta kita direspon baik sama paksu tapi tidak dicap lebay 😍..hatur nuhun jawabannya.
Jawaban :
Haha😅 monggo ditelisik lagi bagaimana yang nyaman..dan menyenangkan dua belah pihak. Saya tidak pernah merasa lebay dengan suami saat mengekspresikan rasa sayang...palingan dia protes "ih mama kenapa sih?" Tapi abis itu senyum2 kesenengan berasa jadi pangeran tampan sejagad raya😅
Saya kasih bocoran...dalam bukunya..seorang mantan PSK di Amerika mengatakan..bahwa bukan karena lebia seksi..lebih cantik atau lebih mahir urusan ranjang maka suami memilih jajan di PSK ketimbang kembali ke rumah.
Tapi...
Karena perasaan diinginkan yang sudah pudar dan tidak lagi ditunjukkan oleh istrinya.
Bersama PSK..mereka disanjung...dipuji..di nafsu-i🙈 walau sebetulnya banyak dr para PSK itu hanya piawai berakting ya..
Ironis sekali..
Padahal cinta sejatinya menunggu di rumah..
Hanya karena kita tidak pandai menunjukkan penghargaan terhadap suami jadinya begitu
(Meski tidak menjadi pembenaran atas tindakan asusila atau tabiat suami yang memang "gatal" ya)
Saya kasih bocoran...dalam bukunya..seorang mantan PSK di Amerika mengatakan..bahwa bukan karena lebia seksi..lebih cantik atau lebih mahir urusan ranjang maka suami memilih jajan di PSK ketimbang kembali ke rumah.
Tapi...
Karena perasaan diinginkan yang sudah pudar dan tidak lagi ditunjukkan oleh istrinya.
Bersama PSK..mereka disanjung...dipuji..di nafsu-i🙈 walau sebetulnya banyak dr para PSK itu hanya piawai berakting ya..
Ironis sekali..
Padahal cinta sejatinya menunggu di rumah..
Hanya karena kita tidak pandai menunjukkan penghargaan terhadap suami jadinya begitu
(Meski tidak menjadi pembenaran atas tindakan asusila atau tabiat suami yang memang "gatal" ya)
Pertanyaan ke 5⃣
Nama: intan kurniasari
Bagaimana cara berkomunikasi ke suami dengan bahasa cinta dengan mengesampingkan gengsi/malu? Bagaimana jika suami berpikir "aneh" dng kita, yang terbiasa "agak judes" ? Jika dalam keadaan emosi bagaimana cara berkomunikasi yg baik dengan suami?
Nama: intan kurniasari
Bagaimana cara berkomunikasi ke suami dengan bahasa cinta dengan mengesampingkan gengsi/malu? Bagaimana jika suami berpikir "aneh" dng kita, yang terbiasa "agak judes" ? Jika dalam keadaan emosi bagaimana cara berkomunikasi yg baik dengan suami?
Jawaban :
Jangan pernah merasa gengsi atau malu thd suami..toh melihat kita telanjang pun dia sudah..🙈
Buang jauh2 gengsi..semarakkan lagi kehidupan kita dengan canda dan rayu😘
*ada hadistnya kan tentang bercumbu dan senda gurau suami istri itu berpahala dan tidak dianggap melalaikan waktu.
Ingatlah, bahwa menikah itu menyempurnakan separuh dari agama kita...maka jadikan rumah tangga kita seindah rumah tangga Rasulullah Salallahu wa'aallaihi wassalam.
Buang jauh2 gengsi..semarakkan lagi kehidupan kita dengan canda dan rayu😘
*ada hadistnya kan tentang bercumbu dan senda gurau suami istri itu berpahala dan tidak dianggap melalaikan waktu.
Ingatlah, bahwa menikah itu menyempurnakan separuh dari agama kita...maka jadikan rumah tangga kita seindah rumah tangga Rasulullah Salallahu wa'aallaihi wassalam.
PENUTUP
Jadikan pernikahan ini sebagai kendaraan kita menuju surga.. bukakan seluruh pintu-pintu surga dengan ketaatan dan khidmat kita sebagai istri....karena dunia sementara..akhirat selama-lamanya❤
0 komentar