Kamis, 08 Maret 2018
=====================
1. Ninis :
Mbak inten...
Saya paling terharu waktu mengenalkan tentang hati ke putra...
Btw, mbak inten...
Apakah putra sudah paham jika putra tuli?
Dan kedua orang tuanya/saudara2 sepupunya dengar?
Trs cara komunikasi putra dgn org dengar yg blm paham bahasa isyarat gmn?
Mba Inten :
Sepertinya belum sepenuhnya nya paham, tapi Putra pede aja berusaha komunikasi dengan caranya,, kalo mentok nanti dia sukanya ngeja pake abjad jari..
2. DeKa
Hai teh @Inten Yulia ..
aku kan masih awam ya, dan jujur aja koq aku baru tau ya istilah tuna rungu itu terkesan diskriminatif.. yang selama ini aku tau itu bahasa halus nya untuk yang tidak bisa mendengar..
Mba Inten :
Iya kondisinya di Indonesia memang seperti itu teh.. Blm banyak khalayak yg paham dan masih menjadi pro kontra juga,, tapi kalo saya setelah tahu makna dan mendalami budaya tuli lebih nyaman dengan kata "Tuli ".
3. Astri
Punten klo pertanyaannya ga nyambung. Klo komunitas tunanetra/buta/Tidak bisa melihat ada ga ya? Saya butuh sharing n ngobrol2 tentang kondisi Aiko.
Mba Inten :
Sepertinya ada bun.. Nanti saya coba carikan ya.. Klo di krwng blm tahu , coba bunda pelopori aj bikin komunitas nya.
Di jogja itu ada sekolah namanya Hellen keller bun.. Untuk anak anak 2 low vision, buta jg tuli.
Mba Dani : Bu inten Inten Yulia .. Udah ada group wa komunitas low vision n blind di karawang
4. Achie
Mba Inten,
kalau komunikasi dirumah berarti lebih banyak dg bahasa isyarat kah?
semua orang dirumah, bisa bahasa isyarat semuakah atau bagaimana?
Putra belajar sendiri kah mba untuk menggambarnya?
Mba Inten :
- Iya bun harus wajib berisyarat, papanya di rumah pun berisyarat, tetangga juga sedikit sedikit mereka saya ajari isyarat,, alhamdulillah kadang mereka yg suka nanya sendiri, karena ingin berkomunikasi dengan putra, bahkan ada tetangga saya yg anaknya belajar isyarat sengaja sering liat youtube
- Iya belajar sendiri mba.. Karena saya dan papanya juga gak bisa gambar.. Klo gambar teknik mungkin masi bisa si papa
5. Ifa
Mba Inten Yulia Pernahkah putra menyampaikan kesedihannya tentang perlakuan orang lain terhadapnya?
Lalu bagaimana cara mba Inten Yulia membesarkn hatinya?
Mba Inten :
Alhamdulillah sampai detik ini belum pernah putra merasa sedih dengan perlakuan orang lain. Saya juga baru sadar ini setelah ditanya.
6. Rini
Mba Inten pernah mendapat perlakuan tidak mengenakan dari orang lain kah ?
Bagaimana Mba Inten menanggapi mereka ?
Mba Inten :
Karena saat ini saya sudah betul betul ikhlas dengan amanah ini, semua perlakuan orang terasa biasa saja bagi saya, udah lupa juga mba mungkin dulu dulu pernah baper waktu awal awal, alhamdulillah udah gak kerasa lagi dan lupa.. Asli ini mba..
7. Efa
Teh inten, gmn cara menguatkan aa secara emosi? Agar tidak minder dll
Mba Inten :
Setelah putra dan kami menguasai dan mendalami bahasa isyarat, alhamdulillah emosi putra membaik, karena segala keinginan bisa tersampaikan dengan baik pula.. Dulu sblm komunikasi kami nyambung putra lumayan sering tantrum, pernah kok guling di mall, di rumah sakit,.. Karena gk tau kenapa dan maunya apa.
Bahasa isyarat juga membuat anak lebih tampil pede.. (seriusan ini yang saya rasakan).
8. Feni
Oh iya teh Inten Yulia putri teman saya tuli tapi dia bisa pakai ABD ini berbeda ya teh inten. Maaf ya saya kurang faham soalnya.
Mba Inten :
Putra juga pake abd bun, karena ambang pendengaran berbeda beda setiap anak, jadi hasil dari pemanfaatan abd pun akan berbeda beda, pada kasus putra abd canggih pun tdk banyak membantu saya sudah memaksimalkan nya selama kurleb 4 thn. Sekarang pun masih pake abd kalau putra lagi mau.. Tidak mau memaksa, karena buat saya pendidikan bukanlah proses mencetak, tapi proses membersamai tumbuh kembang sosok insan manusia ciptaan Allah Yang Mulia.
Closing Statement
Anak anak kita bukanlah pilihan kita. Mereka menjadi ank kita bukan karena keinginan mereka melainkan karena takdir allah. Anak adalah anugerah terindah yang ditakdirkan Allah untuk kita, maka anak adalah amanah yang mesti ditunaikan.
Jangan pernah berharap banyak pada anak anak kita, bila kita tidak menyediakan diri untuk mendidik secara utuh dan sebagaimana mestinya, tak perlu berpikir tentang hasil akhir atas usaha kita dalam mendidik anak anak cukuplah dengan bersungguh sungguh dalam menjalani prosesnya, karena yg ternilai adalah prosesnya bukan hasilnya.
Hatur nuhun teh.
